Open Access. Powered by Scholars. Published by Universities.®

Medicine and Health Sciences Commons

Open Access. Powered by Scholars. Published by Universities.®

Articles 1 - 10 of 10

Full-Text Articles in Medicine and Health Sciences

Program Langit Biru : Kontribusi Kebijakan Pengendalian Pencemaran Udara Kota Terhadap Penurunan Penyakit Pernapasan Pada Anak, Laila Fitria Dec 2009

Program Langit Biru : Kontribusi Kebijakan Pengendalian Pencemaran Udara Kota Terhadap Penurunan Penyakit Pernapasan Pada Anak, Laila Fitria

Kesmas

Pencemaran udara perkotaan yang berdampak buruk terhadap kesehatan masyarakat sering dikaitkan dengan PM 10, NO2, dan ozon, polutan reaktif yang memicu kerusakan jaringan dalam saluran napas melalui mekanisme stres oksidatif dan inflamasi saluran napas. Pajanan jangka panjang polutan tersebut berpengaruh terhadap gangguan pernapasan, penurunan fungsi paru, asma, serta penyakit sistem pernapasan kronik lain seperti penyakit paru-paru obstruktif kronik. Program Langit Biru merupakan salah satu upaya mengurangi pencemaran udara dari sektor transportasi yang dicanangkan sejak tahun 1996. Hingga kini, kontribusi Program Langit Biru terhadap penurunan kasus gangguan pernapasan pada anak belum dapat diperkirakan, antara lain disebabkan oleh karena pelaksanaan program melalui …


Human Health Risk To Ultrafine Particles In Jakarta, Budi Haryanto Oct 2009

Human Health Risk To Ultrafine Particles In Jakarta, Budi Haryanto

Kesmas

Perhatian terhadap pencemaran udara ini menjadi semakin meningkat ketika banyak diketemukan dampaknya pada anak-anak, terutama kaitannya dengan insidens dan prevalens asma. Sumber utama pencemaran udara di Jakarta adalah dari kendaraan bermotor dan industri, dimana transportasi berkontribusi terhadap 71% NOX, 15% SO 2, dan 70% partikel debu kurang dari 10 mikronmeter (PM 10). Tujuan penelitian mengetahui jumlah partikel debu berdiameter ultrafine (partikel berukuran <0,1 mm) yang terhirup oleh anak sekolah dasar, pekerja pengguna kendaraan pribadi dan kendaraan umum. Studi ini menggunakan desain crosssectional dan dilakukan di Jakarta tahun 2005. Sebanyak 30 responden anak sekolah dasar, pekerja pengguna kendaraan pribadi dan kendaraan umum dipilih secara purposif sebagai subyek penelitian. Jumlah partikel ultrafine terhirup secara individu diukur selama 3 x 24 jam menggunakan Condensation Particle Counter (CPC) real time personal exposure measurement (jumlah ultrafine partikel per cm 3). Rerata konsentrasi partikel ultrafine terhirup pada anak sekolah dasar di rumah, di perjalanan, dan di sekolah adalah berurutan sebagai berikut: 29.254/cm 3, 147.897/cm 3 dan 61.033/cm 3. Pada pekerja pengguna kendaraan pribadi di rumah, di perjalanan, dan di kantor diperoleh rerata konsentrasi secara berurutan sebagai berikut: 29.213/cm 3, 310.179/cm 3 dan 42.496/cm 3. Sedangkan pada pekerja pengguna kendaraan umum adalah: 35.332/cm 3 di rumah, 453.547/cm 3 di perjalanan, dan 69.867/cm 3 di kantor. In Jakarta, the main pollution sources are vehicles and industry, with motorized traffic accounting for 71% of the oxides of nitrogen (NOX), 15% of sulphur-dioxide (SO2), and 70% of particulate matter (PM 10 ) of the total emission load. Both urban population size and the fraction of the population that owns a private vehicle are increasing. The study objective is to determine the numbers of ultrafine particulate matter with an aerodynamic diameter of 0.1 mm or less, or PM0.1 inhaled by elementary school children, commute workers with private car and commute workers with public transport. A cross-sectional study design is implemented in Jakarta 2005. Ten elementary school children, ten commuters with private car and ten commuters with public transports are purposively selected as subjects and measured personally for 3 x 24 hours using Condensation Particle Counter (CPC) real-time personal exposure measurement (measured in terms of the number of particles per cubic centimeter, or # cm-3). The average concentration of ultrafine particulate matter of elementary school children at home, on the road and at school is 29,254/cm3, 147,897/cm3 and 61,033/cm3 respectively. For those commuters with private car at home, on the road and at office is 29,213/cm3, 310,179/cm3 and 42,496/cm3 respectively. For those commuters with public transport, the concentration average of at home, on the road and at office is found higher: 35,332/cm3, 453,547/cm3, and 69,867/cm3, respectively.


A Study Among Community Living Underneath Sutet About The General Health Condition And The Electromagnetic Fields Exposures, Corrie Wawolumaya, Djoko Darwanto Oct 2009

A Study Among Community Living Underneath Sutet About The General Health Condition And The Electromagnetic Fields Exposures, Corrie Wawolumaya, Djoko Darwanto

Kesmas

Jaringan SUTET Perusahaan Listrik Negara banyak melalui daerah pemukiman. Tujuan penelitian mendapatkan gambaran kesehatan penduduk yang bermukim di bawah SUTET dan di daerah urban miskin Jakarta dan sekitarnya. Penelitian disain kroseksional ini dilakukan pada sample 1200 kepala keluarga yang ditarik secara stratifikasi proportional purposif berdasarkan zona kuat medan elektromagnet. Data dikumpulkan dengan metoda observasi, wawancara dan pemeriksaan kesehatan. Kuat medan listrik dan medan magnet diukur terpisah di luar rumah, dan di dalam rumah. Ditemukan kuat medan listrik tertinggi pada ketinggian 1 meter di atas tanah 3,1 kV/m. Kuat medan magnet 550 mA/m atau 687,5.10-3µT diidentifikasi dalam zona 1 0-20 m …


Kinerja Sanitarian Puskesmas, Ardinal Ardinal Apr 2009

Kinerja Sanitarian Puskesmas, Ardinal Ardinal

Kesmas

Program penyehatan air bersih dilaksanakan untuk pemenuhan akses masyarakat terhadap air bersih yang mencakup aspek jumlah dan kualitas. Untuk itu, perlu kerja keras pemegang program penyehatan air, khususnya sanitarian puskesmas yang merupakan ujung tombak pelaksanaan program di puskesmas. Tujuan penelitian ini mendapatkan gambaran kinerja petugas sanitasi Puskesmas dan faktor-faktor yang berperan di Kabupaten Solok Tahun 2007. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif melalui wawancara mendalam, Diskusi Kelompok Terarah dan observasi, dengan informan sanitarian puskesmas dilanjutkan triangulasi sumber dengan Kepala Puskesmas dan Kepala Bidang PL & PKM Dinas Kesehatan Kabupaten Solok. Kinerja sanitarian puskesmas dalam pelaksanaan program penyehatan air bersih yang rendah …


Partisipasi Masyarakat Menanggulangi Lingkungan Demam Berdarah Dengue Di Kecamatan Rappocini Kota Makasar, Sri Syatriani, Esse Puji, Andi Susilowati Apr 2009

Partisipasi Masyarakat Menanggulangi Lingkungan Demam Berdarah Dengue Di Kecamatan Rappocini Kota Makasar, Sri Syatriani, Esse Puji, Andi Susilowati

Kesmas

Demam Berdarah Dengue (DBD) menjadi wabah nasional pada tahun 2006, termasuk Makassar dan beberapa kabupaten di Sulawesi Selatan. Jumlah kasus DBD di kecamatan Rappocini tahun 2006 adalah 160 kasus tanpa kematian. Penelitian bertujuan untuk mengetahui berbagai bentuk partisipasi masyarakat untuk menciptakan lingkungan sehat dalam upaya penanggulangan DBD. Penelitian dilaksanakan di kecamatan Rappocini yang merupakan daerah endemis DBD. Jenis penelitian adalah penelitian observasional dengan pendekatan deskriptif. Sampel adalah kepala keluarga yang ada di Kelurahan Bonto Makkio dan Kelurahan Gunung Sari sebesar 300 KK. Analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif dari setiap variabel. Hasil penelitian menunjukkan bahwa partisipasi masyarakat terhadap upaya …


Gambaran Spasial Diare Untuk Upaya Sistem Kewaspadaan Dini Kota Tangerang, Yunita Yunita Feb 2009

Gambaran Spasial Diare Untuk Upaya Sistem Kewaspadaan Dini Kota Tangerang, Yunita Yunita

Kesmas

Kota Tangerang berkembang cepat dengan angka pertumbuhan (1,94%) dan tingkat urbanisasi yang tinggi serta angka kejadian diare setiap tahun yang tinggi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kerawanan diare berdasarkan faktor fasilitas air bersih yang tersedia, rumah tangga sehat dan berperilaku hidup bersih dan sehat (PHBS), tempat umum dan pengelolaan makanan (TPUM) yang sehat, kepadatan penduduk, dan cakupan pelayanan kesehatan. Kerentanan diare dinyatakan dalam kategori tinggi, sedang, dan rendah. Penelitian ini menggunakan metode analisis spasial yang merupakan analisis berdasarkan wilayah kecamatan. Secara umum, status kerentanan diare pada wilayah kecamatan di Kota Tangerang yang berada pada kategori rendah adalah Kecamatan Tangerang …


Manajemen Penyakit Berbasis Wilayah, Umar Fahmi Achmadi Feb 2009

Manajemen Penyakit Berbasis Wilayah, Umar Fahmi Achmadi

Kesmas

Secara universal, kejadian penyakit merupakan inti permasalahan kesehatan masyarakat yang harus dicegah guna menampilkan wilayah yang sehat dan negara yang kuat. Kejadian penyakit merupakan fenomena yang bersandar pada basis wilayah yang mencakup ekosistem dalam dimensi ruang dan waktu Tulisan ini membahas kepentingan, makna, lokasi dan metoda manajemen penyakit berbasis wilayah. Asumsi dasar yang dianut adalah bahwa keberhasilan mengendalikan faktor risiko dan kejadian penyakit akan mampu meningkatkan dan memelihara kualitas kehidup masyarakat. Pembangunan kesehatan Wilayah dapat dilakukan dengan merujuk konsep MPBW dan rancangan SKK setiap wilayah pemerintahan otonom. Secara lebih terperinci, perlu disusun suatu pedoman MPBW kabupaten dan kota yang dapat …


The Not-So-Safe Drinking Water Act: Why We Must Regulate Hydraulic Fracturing At The Federal Level, Angela C. Cupas Feb 2009

The Not-So-Safe Drinking Water Act: Why We Must Regulate Hydraulic Fracturing At The Federal Level, Angela C. Cupas

William & Mary Environmental Law and Policy Review

No abstract provided.


E-85 Vs. Regular Gasoline: Effects On Engine Performance, Fuel Efficiency, And Exhaust Emissions, Jordan W. Steinhaus, Donald M. Johnson, George W. Wardlow Jan 2009

E-85 Vs. Regular Gasoline: Effects On Engine Performance, Fuel Efficiency, And Exhaust Emissions, Jordan W. Steinhaus, Donald M. Johnson, George W. Wardlow

Discovery, The Student Journal of Dale Bumpers College of Agricultural, Food and Life Sciences

This study compared the performance, fuel efficiency, and exhaust emissions of a 2.61 kW engine fueled with regular unleaded gasoline (87 octane) and an 85% ethanol blend (E85) under two load conditions. Four 1-h tests were conducted with each fuel at both governor’s maximum (3400 rpm) and peak torque (2800 rpm) conditions for a total of 16 tests. At governor’s maximum engine speed, there were no significant differences (p>0.05) between fuels for engine torque, power, specific carbon dioxide (sCO2 ), specific carbon monoxide (sCO), specific hydrocarbons (sHC), or specific oxides of nitrogen (sNOX) emissions. However, there was a significant …


Measurement Of Transient Smoke Emissions From Diesel And Biodiesel Fuel Blends In An Agricultural Tractor, Kristin M. Pennington, Sonia R. Munoz, Donald M. Johnson, George Wardlow Jan 2009

Measurement Of Transient Smoke Emissions From Diesel And Biodiesel Fuel Blends In An Agricultural Tractor, Kristin M. Pennington, Sonia R. Munoz, Donald M. Johnson, George Wardlow

Discovery, The Student Journal of Dale Bumpers College of Agricultural, Food and Life Sciences

Transient smoke emissions pose potential hazards to human health and the environment. With the increased popularity of biodiesel, there is a need to determine if these fuels produce different levels of particulate matter in exhaust emissions. This study examined the transient smoke emissions of three fuels: No. 2 petroleum diesel fuel (D2, ASTM D 975), a blend of 20% biodiesel and 80% petroleum diesel (B20, ASTM 6751), and a 100% pure biodiesel derived from animal fats (B100, ASTM D 6751). Measurements of smoke emissions were taken using the SAE J1677 snap acceleration test procedure on a John Deere 3203 compact …